Monday, January 4, 2010

Pertanyaan hewan ngaco..


T : Kenapa ayam kalo berkokok matanya merem?
J : Karena udah hapal teksnya

T : Apa persamaan tukang becak sama tukang bakso?
J : Sama-sama nggak jual sate !

T : Kenapa anak kodok suka loncat-loncat ?
J : Biasalah… namanya juga anak-anak. Suka iseng..!

T : Orang apa yang ditembak nggak mati?
J : Orang nggak kena, wee…!

T : Mengapa kalo orang ketakutan bulu kuduknya
berdiri?
J : Karena dikuduknya nggak ada kursi

1 Gajah apa yang belalainya pendek? [gajah pesek]

2 Kenapa babi bau? [karena keteknya ada 4]

3 Kenapa anak babi jalannya nunduk? [karena malu
ibunya babi]

4 Kenapa anak kelinci kalo jalan suka lompat2? [karena
senang ibunya bukan babi]

5 Burung apa yang di dinding? [burungnya cicak]

6 Kenapa superman gak kawin ama wonderwoman? [ya nggak
jodoh]

7 Kenapa superman bisa terbang? [ya kalo bisa nyetir
bukan superman, tapi sopir man!]

8 Anjing apa yang bisa terbang? [Anjing??....bukannya
burung??]

9 Gimana caranya kodok nyebrang rel?
[biasalah...lompat2]

10 Kenapa lompat2? [karena kalo muter jauuuuh...]

11 rambut putih namanya uban, rambut merah namanya
pirang, kalo rambut
hijau namanya apa? [rambutan belum mateng]

12 Kenapa sepatu superman warnanya merah? [karena
biar matching ama sayapnya]

13 Kenapa celana dalam superman warnanya merah? [lupa
pake pembalut kali...]

T: Ikan apa yg badannya kecil tapi kepalanya gede?
J: Ikan teri pake helm.

T: Gimana cara masukin Jerapah ke dlm lemari?
J: Buka pintunya, masukin Jerapahnya.

T: Gimana cara masukin Badaka dalam lemari?
J: Buka pintunya, keluarin Jerapahnya, masukin
Badaknya.

T: Gimana cara masukin Tikus alam lemari?
J: Buka pintunya, selipin diantara kaki Badak.

T: Tarzan ulang tahun, semua binatang diundang. Siapa
yg nggak datang?
J: Badak & Tikus, soalnya masih dalam lemari.

T: Gimana cara masukin 5 ekor Kuda Nil dalam mobil VW?
J: 2 ekor di depan, 3 ekor dibelakang.

T: Gimana masukin 10 ekor Kuda Nil dalam mobil VW?
J: Pake dua VW aja.

T: Kenapa Jerapah naik motor nggak pake helm?
J: Karena helmnya masih dipake ikan Teri.

T: Kenapa Jerapah nggak pake mobil aja?
J: Mobil penuh ama Kuda Nil.

T: Jane mau nonton film di bioskop tapi nggak jadi.
Karena katanya ada 10 ekor Kuda Nil di dalam
bioskop.
Darimana Jane tahu?
J: Ada 2 mobil VW di tempat parkir bioskop.

T: Kenapa Kijang lolos dari polisi, padahal dia juga
nggak pake helm?
J: Karena Kijang pake mobil.

T: Kenapa Jerapah nggak ikut Kijang aja naik mobil?
J: Soalnya mobil Kijang penuh nganterin adiknya
sekolah, maminya belanja, en neneknya ke fitness
centre.

T: Tarzan ultah lagi, semua binatang diundang lagi.
Siapa yg nggak datang?
J: Badak & Tikus, masih dalam lemari. Kuda Nil lagi
nonton, Jerapah di kantor polisi. Kijang masih di
fitness
nganterin neneknya.

T: Tarzan ultah lagi. Semua diundang lagi. Tapi
sekarang semua nggak datang, kenapa?
J: Semua pada nonton ke bioskop, karena filmnya rame.

T: Kenapa Singa lebih cantik dari Harimau?
J: Karena rambutnya lebih panjang.

T: Kenapa Singa lebih lama mandi daripada Harimau?
J: Karena Singa harus keramas.

T: Cuma Gajah yg datang ke ultahnya Tarzan, kenapa?
J: Gajah udah nonton VCD-nya.

T: Selain Gajah, siapa lagi yg udah nonton?
J: Tarzan. Kalo belum, dia pasti ikutan ke bioskop.

T: Singa juga datang ke pesta ultah Tarzan, padahal
dia belum nonton, kenapa?
J: Tiketnya habis di borong binatang hutan.

T: Di hari ulang tahun Tarzan, siapakah yg paling
berbahagia?
J: Yang punya bioskop.

T: Di hari ultah Tarzan, siapakah yg paling menderita?
J: Badak & Tikus. Karena masih dalam lemari.

T: Kenapa di hari ultah Tarzan, Jane marah2?
J: Karena shampoonya cepet habis dipake Singa.

T: Selain marah2, Jane juga kaget. Kenapa?
J: Pas buka lemari ada Badak & Tikus.

T: Dari semua teka-teki diatas, manakah yg paling
tidak mungkin?
J: Tarzan ultah 3 kali.

Abu Nawas Masuk Penjara


Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu Abu Nawas masih bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain. Baginda berpikir. Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas. Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa ditebak. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan orang.

Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat. Kini hidung Abu Nawas sudah bisa menghirup udara kebebasan di luar. Istri Abu Nawas menyambut gembira kedatangan suami yang selama ini sangat dirindukan. Abu Nawas juga riang. Apalagi melihat tanaman kentangnya akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dalam waktu dekat.

Abu Nawas memang girang bukan kepalang tetapi ia juga merasa gundah. Bagaimana Abu Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk memenjarakan dirinya. Tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung. Abu Nawas yakin bahwa saat ini Baginda pasti sedang merencanakan sesuatu. Abu Nawas menyiapkan payung untuk menyambut hujan yang akan diciptakan Baginda Raja.

Pada hari itu Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai ahli nujum atau tukang ramal nasib. Sejak membuka praktek ramal-meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang handal dalam menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu.

Mendengar Abu Nawas mendadak menjadi ahli ramal maka Baginda Raja Harun Al Rasyid merasa khawatir. Baginda curiga jangan-jangan Abu Nawas bisa membahayakan kerajaan. Maka tanpa pikir panjang Abu Nawas ditangkap. Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini bemiat akan menghabisi riwayatnya. Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng. Setelah beberapa hari meringkuk di dalam penjara, Abu Nawas digiring menuju tempat kematian.

Tukang penggal kepala sudah menunggu dengan pedang yang baru diasah. Abu Nawas menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang. Baginda merasa kagum terhadap ketegaran Abu Nawas. Tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu Nawas begitu tabah menghadapi detik-detik terakhir hidupnya. Ketika algojo sudah siap mengayunkan pedang, Abu Nawas tertawa-tawa sehingga Baginda menangguhkan pemancungan.

Beliau bertanya, "Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang algojo?"
"Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga merasa gembira." jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
"Engkau merasa gembira?" tanya Baginda kaget.
"Betul Baginda yang mulia, karena tepat tiga hari setelah kematian hamba, maka Baginda pun akan mangkat menyusul hamba ke liang lahat, karena hamba tidak bersalah sedikit pun." kata Abu Nawas tetap tenang. Baginda gemetar mendengar ucapan Abu Nawas. dan tentu saja hukuman pancung dibatalkan.

Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu Nawas diperlakukan istimewa. Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas disuguhi hidangan yang enak-enak. Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasa tinggal di penjara. Abu Nawas berpesan dan setengah mengancam kepada penjaga penjara bahwa bila ia terus-menerus mendekam dalam penjara ia bisa jatuh sakit atau meninggal Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah mendengar penuturan penjaga penjara.

Abu Nawas dan Orang-Orang Kanibal


Saat itu Abu Nawas baru saja pulang dari istana setelah dipanggil Baginda. Ia tidak langsung pulang ke rumah melainkan berjalan-jalan lebih dahulu ke perkampungan orang-orang badui. Ini memang sudah menjadi kebiasaan Abu Nawas yang suka mempelajari adat istiadat orang-orang badui.

Pada suatu perkampungan, Abu Nawas sempat melihat sebuah rumah besar yang dari luar terdengar suara hingar bingar seperti suara kerumunan puluhan orang. Abu tertarik, ingin melihat untuk apa orang-orang badui berkumpul di sana, ternyata di rumah besar itu adalah tempat orang badui menjual bubur haris yaitu bubur khas makanan para petani. Tapi Abu Nawas tidak segera masuk ke rumah besar itu, merasa lelah dan ingin beristirahat maka ia terus berjalan ke arah pinggiran desa. Abu Nawas beristirahat di bawah sebatang pohon rindang. Ia merasa hawa di situ amat sejuk dan segar sehingga tidak berapa lama kemudian mengantuk dan tertidur di bawah pohon.

Abu Nawas tak tahu berapa lama ia tertidur, tahu-tahu ia merasa dilempar ke atas lantai tanah. Brak! iapun tergagap bangun.

"Kurang ajar! Siapa yang melemparku ?" tanyanya heran sembari menengok kanan kiri. Ternyata ia berada di sebuah ruangan pengap berjeruji besi. Seperti penjara.

"Hai keluarkan aku! Kenapa aku dipenjara di sini...!"
Tidak berapa lama kemudian muncul saorang badui bertubuh besar. Abu Nawas memperhatikan dengan seksama, ia ingat orang inilah yang menjual bubur haris di rumah besar di tengah desa.
"Jangan teriak-teriak, cepat makan ini !" kata orang sembari menyodorkan piring ke lubang ruangan. Abu Nawas tidak segera makan.
"Mengapa aku dipenjara?"
"Kau akan kami sembelih dan akan kami jadikan campuran bubur haris."
"Hah? Jadi yang kau jual di tengah desa itu bubur manusia?"
"Tepat... itulah makanan favorit kesukaan kami."
"Kami... ? Jadi kalian sekampung suka makan daging manusia?"
"Iya, termasuk dagingmu, sebab besok pagi kau akan kami sembelih!"
"Sejak kapan kalian makan daging manusia?"
"Oh ...sejak lama... setidaknya sebulan sekali kami makan daging manusia."
"Dari mana saja kalian dapatkan daging manusia?"
"Kami tidak mencari ke mana-mana, hanya setiap kali ada orang masuk atau lewat di desa kami pasti kami tangkap dan akhirnya kami sembelih untuk dijadikan bubur."

Abu Nawas diam sejenak. Ia berpikir keras bagaimana caranya bisa meloloskankan diri dari bahaya maut ini. Ia merasa heran, kenapa Baginda tidak mengetahui bahwa di wilayah kekuasaannya ada, kanibalisme, ada manusia makan manusia.

"Barangkali para menteri hanya melaporkan hal yang baik-baik saja. Mereka tidak mau bekerja keras untuk memeriksa keadaan penduduk." pikir Abu Nawas.
"Baginda harus mengetahui hal seperti ini secara langsung, kalau perlu...!" Setelah memberi makan berupa bubur badui itu meninggalkan Abu Nawas.

Abu Nawas tentu saja tak berani makan bubur itu jangan-jangan bubur manusia. Ia menahan lapar semalaman tak tidur, tubuhnya yang kurus makin nampak kurus. Esok harinya badui itu datang lagi.

"Bersiaplah sebentar lagi kau akan mati." Abu Nawas berkata, "Tubuhku ini kurus, kalaupun kau sembelih kau tidak akan memperoleh daging yang banyak. Kalau kau setuju nanti sore akan kubawakan temanku yang bertubuh gemuk. Dagingnya bisa kalian makan selama lima hari."
"Benarkah?"
"Aku tidak pernah bohong!" Orang badui itu diam sejenak, ia menatap tajam ke arah Abu Nawas. Entah kenapa akhirnya orang badui itu mempercayai dan melepaskan Abu Nawas.

Abu Nawas langsung pergi ke istana menghadap Baginda. Setelah berbasa-basi maka Baginda bertanya kepada Abu Nawas.
"Ada apa Abu Nawas? Kau datang tanpa kupanggi!?"
"Ampun Tuanku, hamba baru saja pulang dari suatu desa yang aneh."
"Desa aneh, apa keanehannya?"
"Di desa tersebut ada orarig menjual bubur haris yang khas dan sangat lezat. Di samping itu hawa di desa itu benar-benar sejuk dan segar."
"Aku ingin berkunjung ke desa itu, Pengawal! Siapkan pasukan!"
"Ampun Tuanku, jangan membawa – bawa pengawal. Tuanku harus menyamar jadi orang biasa."
"Tapi ini demi keselamatanku sebagai seorang raja."
"Ampun Tuanku, jika bawa-bawa tentara maka orang sedesa akan ketakukan dan Tuanku takkan dapat melihat orang menjual bubur khas itu."
"Baiklah, kapan kita berangkat?"
"Sekarang juga Tuanku, supaya nanti sore kita sudah datang di perkampungan itu."

Demikianlah, Baginda dengan menyamar sebagai orang biasa mengikuti Abu Nawas ke perkampungan orang-orang badui kanibal. Abu Nawas mengajak Baginda masuk ke rumah besar tempat orang-orang makan bubur. Di sana mereka membeli bubur. Baginda memakan bubur itu dengan lahapnya.
"Betul katamu, bubur ini memang lezat!" kata. Baginda setelah makan.
"Kenapa buburmu tidak kau makan Abu Nawas."
"Hamba masih kenyang," kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke arah penjual bubur. Setelah makan, Baginda diajak ke tempat pohon rindang yang hawanya sejuk.
"Betul juga katamu, di sini hawanya memang sejuk dan segar... ahhhhh... aku kok mengantuk sekali." kata Baginda.
"Tunggu Tuanku, jangan tidur dulu... hamba pamit mau buang air kecil di semak belukar sana."
"Baik, pergilah Abu Nawas!" Baru saja Abu Nawas melangkah pergi, Baginda sudah tertidur, tapi ia segera terbangun lagi ketika mendengar suara bentakan keras.

"Hai orang gendut! Cepat bangun ! Atau kau kami sembelih di tempat ini!" ternyata badui penjual bubur sudah berada di belakang Baginda dan menghunus pedang di arahkan ke leher Baginda.
"Apa-apaan ini!" protes Baginda. "Jangan banyak cakap! Cepat jalan!"

Baginda mengikuti perintah orang badui itu dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara.
"Mengapa aku di penjara?"
"Besok kau akan kami sembelih, dagingmu kami campur dengan tepung gandum dan jadilah bubur haris yang terkenal lezat. Hahahahaha...!"
"Astaga... jadi yang kumakan tadi...?"
"Betul... kau telah memakan bubur kami, bubur manusia."
"Hoekkkkk.... !" Baginda mau muntah tapi tak bisa.
"Sekarang tidurlah, berdoalah, sebab besok kau akan mati."
"Tunggu..."
"Mau apa lagi?"
"Berapa penghasilanmu sehari dari menjual bubur itu?"
"Lima puluh dirham!"
"Cuma segitu?"
"Iya!"
"Aku bisa memberimu lima ratus dirham hanya dengan menjual topi."
"Ah, masak?"
"Sekarang berikan aku bahan kain untuk membuat topi. Besok pagi boleh kau coba menjual topi buatanku itu ke pasar. Hasilya boleh kau miliki semua!"
Badui itu ragu, ia berbalik melangkah pergi. Tak lama kemudian kembali lagi dengan bahan-bahan untuk membuat topi. Esok paginya Baginda menyerahkan sebuah topi yang bagus kepada si badui.Baginda berpesan,

"Juallah topi ini kepada menteri Farhan di istana Bagdad."

Badui itu menuruti saran Baginda. Menteri Farhan terkejut saat melihat seorang badui datang menemuinya. "Mau apa kau?" tanya Farhan.

"Menjual topi ini..." Farhan melirik, topi itu memang bagus. Ia mencoba memeriksanya dan alangkah terkejutnya ketika melihat hiasan berupa huruf-huruf yang maknanya adalah surat dari Baginda yang ditujukan kepada dirinya.

"Berapa harga topi ini?"
"Lima ratus dirham tak boleh kurang!"
"Baik aku beli!"
Badui itu langsung pulang dengan wajah ceria. Sama sekali ia fak tahu jika Farhan telah mengutus seorang prajurit untuk mengikuti langkahnya. Siangnya prajurit itu datang lagi ke istana dengan melaporkan lokasi perkampungan si penjual bubur. Farhan cepat bertidak sesuai pesan di surat Baginda. Seribu orang tentara bersenjata lengkap dibawa ke perkampungan. Semua orang badui di kampung itu ditangkapi sementara Baginda berhasil diselamatkan.

"Untung kau bertindak cepat, terlambat sedikit saja aku sudah jadi bubur!" kata Baginda kepada Farhan.

"Semua ini gara-gara Abu Nawasl" kata Farhan. "Benar! Tapi juga salahmu! Kau tak pernah memeriksa perkampungan ini bahwa penghuninya adalah orang-orang kanibal!"
"Bagaimanapun Abu Nawas harus dihukum!"
"Ya, itu pasti!"
"Hukuman mati!" sahut Farhan.
"Hukuman mati? Ya, kita coba apakah dia bisa meloloskan diri?" sahut Baginda

Tipe Cewek Musik


Rico : "Eh Dun, cewek tuch ada tipe-tipenya lho ?"

Edun : "Apaan aja, tuch !"

Rico : "Tipe Cewek Musik."

Edun : "Cewek Musik artinya apa ?"

Rico : "Mungil Tapi Asyik !"

Edun : "Oooo . . . . . kalau Cewek Gitar ?"

Rico : "Gigitannya Bikin Gemetar."

Edun : "Cewek Biola ?"

Rico : "Bibir Olah Raga Tangan Merajalela."

Edun : "Cewek Suling ?"

Rico : "Suka Di pakai Pengganti Guling."

Edun : "Cewek Dram ?"

Rico : "Dramatis dan Kejam."

Edun : "Cewek Piano ?"

Rico : "Pikun Agak Norak."

Edun : "Cewek Terompet ?"

Rico : "Teraombang-ambing Karena Kepepet."

Edun : "Cewek Bas ?"

Rico : "Betah Aduh Sedot !"

Sunday, January 3, 2010

Sembunyi Dari Pencuri


Suatu malam seorang pencuri membobol rumah Nasruddin. Untung saja Nasruddin melihatnya. Karena takut, dengan cepat Nasruddin bersembunyi di dalam sebuah kotak besar yang terletak di sudut ruangan.

Si pencuri sedang mengaduk-aduk isi rumah Nasruddin mencari uang ataupun barang berharga yang dimiliki Nasruddin. Dia membuka lemari, laci-laci, kolong-kolong, dan lain-lain. la tapi tidak menemukan satu pun barang berharga.

Pencuri itu hampir saja menyerah dan memutuskan untuk keluar dari rumah Nasruddin. Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada kotak besar yang terletak di sudut ruangan kamar Nasruddin. Dia sangat senang karena dia yakin dalam kotak itulah disimpan harta benda yang dia cari.

Walaupun kotak itu terkunci kuat dari dalam, tapi dengan kekuatan penuh, pencuri itu berhasil membuka kotak tersebut. Pencuri itu sangat kaget ketika melihat Nasruddin berada di dalam kotak itu. Pencuri itu sangat marah dan berkata, "Hei! Apa yang kau lakukan di dalam situ?"

"Aku bersembunyi darimu," jawab Nasruddin.

"Kenapa?"

"Aku malu, karena aku tak punya apapun yang dapat kuberikan padamu. Itulah alasan mengapa aku bersembunyi dalam kotak ini."